Stratifikasi Sosial
1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Pemahaman
antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di
sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat
perbedaan. Penyamaan dua konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial
akan melahirkan pemahaman yang rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada
pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam hirarki secara
vertikal. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau
kedudukan antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat.
Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian
yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau
strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial cenderung diartikan
sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi polititik, nilai
budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.
Filosof Aristoteles
(Yunani) mengatakan di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya
sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-tengahnya. Pernyataan seperti
itu membuktikan bahwa pada zaman dahulu, masyarakat telah mengenal adanya
lapisan sosial.
Paul B. Horton
dan Chester L. Hunt mengatakan bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas sosial
di dalammnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi
sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam
rangkaian kesatuan status sosial. Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki
sikap, nilai-nilai dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang
di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan
kedudukan sosialnya. Sebab asasi mengapa ada pelapisan sosial dalam masyarakat
bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena kemampuan manusia menilai
perbedaan itu dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya menganggap ada
sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang
menumpuhkan adanya system berlapis-lapis dalam masyarakat.
Elly M. Setiadi
dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011), Sesuatu yang
dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu
pengetahuan, kesalehan dalam agama atau keturunan keluarga yang terhormat.
Tingkat kemampuan memiliki sesuatu yang dihargai tersebut akan melahirkan
lapisan sosial yang mempunyai kedudukan atas dan rendah. Proses terjadinya
sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya, atau
sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama.
Proses
pelapisan sosial dalam masyarakat dengan sendirinya berangkat dari kondisi
perbedaan kemampuan antar individu-individu atau anatar kelompok sosial,
contohnya sekelompok orang yang memiliki kemampuan lebih dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, tentunya akan menempati strata sosial yang lebih tinggi
dari pada kelompok yang memiliki sedikit kemampuan. Adapun proses
pelapisan sosial yang disengaja disusun biasanya mengacu kepada pembagian
kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar dalam
masyarakat manusia hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada
harus dibagi-bagi dalam suatu organisasi.
Sifat dari
sistem berlapis-lapis dalam masyarakat ada yang tertutup dan ada yang terbuka.
Yang bersifat tertutup tidak mungkin pindahnya seorang dan lapisan ke lapisan lain,
baik gerak pindahnya ke atas maupun ke bawah.
Keanggotaan
lapisan tertutup diperoleh dari kelahiran, sistem ini dapat dilihat pada
masyarakat yang berkasta, dalam masyarakat yang feodal atau pada masyarakat
yang sistem pelapisannya ditentukan oleh perbedaan rasial. Pada masyarakat yang
lapisannya bersifat terbuka, setiap anggota mempunyai kesempatan berusaha
dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan sosial atau jika tidak beruntung
dapat terjatuh kelapisan bawahnya.
Adanya
lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan itu
Tetapi adapula yang dengan sengaja dilakukan untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan
kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas
tertentu. Adapula sistem pelapisan sosial yangdengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama, hal itu biasanya berkaitan dengan pembagian
kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti
pemerintahan, perusahaan, partai politik angkatan bersenjata atau perkumpulan.
2. Cara
Mempelajari Stratifikasi Sosial
Menurut Zarden, di dalam sosiologi dikenal tiga
pendekatan untuk mempelajari stratifikasi sosial, yaitu;
a. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif artinya, usaha untuk
memilah-milah masyarakat kedalam beberapa lapisan dilakukan menurut
ukuran-ukuran yang objektif berupa variable yang mudah diukur secara kuantitatif
, contohnya tingkat pendidikan dan perbedaan penghasilan
b. Pendekatan Subjektif
Pendekatan subjektif artinya munculnya
pelapisan sosial dalam masyrakat tidak diukur dengan kriteria-kriteria yang
objektif, melainkan dipilih menurut kesadaran subjektif warga itu sendiri,
contonya seseorang yang menurut kriteria objektif termasuk miskin, menurut
pendekatan subjektif ini bisa saja dianggap tidak miskin, kalau ia sendiri
memang merasa bukan termasuk kelompok masyarakat miskin.
c. Pendekatan Reputasional
Pendekatan reputasional artinya pelapisan
social disusun dengan cara subjek penelitian diminta menilai setatus orang lain
dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalam sekala tertentu. Untuk
mecari siapakah didesa tertentu yang termasuk kelas atas, peneliti yang
menggunakan pendekatan reputasional bisa melakukannya dengan cara cara
menanyakan kepada warga didesa tersebut siapakah warga desa setempat yang
paling kaya atau menyakan siapakah warga desa setempat yang paling mungkin
diminta pertolongan meminjamkan uang dan sebagainya.
3. Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut
Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi
sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem
pelapisan sosial campuran.
a.Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social
Stratification)
Stratifikasi
ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada
mobilitas horisontal saja. Contoh:
1) Sistem kasta ; Kaum Sudra tidak bisa pindah
posisi naik di lapisan Brahmana.
2) Rasialis ; Kulit hitam (negro) yang dianggap
di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.
3) Feodal ; Kaum buruh tidak bisa pindah ke
posisi juragan/majikan.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social
Stratification)
Stratifikasi
ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal.
Contoh:
1) Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi
kaya, atau sebaliknya.
2) Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan
dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
c. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan
kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, orang Bali
berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
4. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan (role).
Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting bagi
sistem sosial.
1) Kedudukan (Status)
Status sosial
menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki
seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi
akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan
orang yang status sosialnya rendah.
Ada tiga macam status sosial dalam masyarakat:
a. Ascribed Status
Ascribed Status
merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah, artinya posisi yang
melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui serangkaian usaha.
Beberapa status sosial yang melekat pada seseorang yang diperoleh secara
otomatis adalah;
1) Status perbedaan usia
Umumnya dalam
masyarakat Indonesia terdapat pembagian antara hak dan kewajiban antara
orang-orang yang lebih tua dan yang lebih muda. Misalnya dalam suatu kehidupan
rumah tangga, anak yang usia lebih tua memiliki strata lebih tinggi di
bandingkan dengan anak yang lebih muda, dalam ritual keagamaan islam dimana
membaca doa selalu mengutamakan yang lebih tua. Bentuk lain penghormatan yang
lebih tua adalah dengan mempersilahkan mereka untuk duduk di barisan depan.
2) Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin
(gender sex stratification)
Penstrataan
sosial berdasarkan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh adat tradisi dan ada
ajaran agama yang membedakan antara hak dan kwajiban berdasarkan jenis kelamin.
Akan tetapi pergeseran sosial budaya juga berpengaruh pada pergeseran peran
wanita dimana kaum wanita
3) Status di dasarkan pada system kekerabatan
Fenomena ini
dapat dilihat berbagai peran yang harus diperankan oleh masing-masing anggota
keluarga dalam suatu rumah tangga. Munculnya kedudukan kepala keluarga, ibu
rumah tangga dan anak-anak berimplikasi pada status dan peran yang harus
diperankan oleh masing-masing orang dalam rumah tangga. Seorang istri harus
berbakti kepada suami dan suami juga harus menghormati istri karena perannya
sebagai pengasuh anak, pendidik anak, dan sebagainya, sedangkan anak-anak harus
menaati nasehat orang tua dan dari orangtuanya ia berhak mendapatkan kasih
sayang.
4) Stratifikasi berdasarkan kelahiran (born
stratification)
Seorang anak
yang dilahirkan akan memiliki status sosial yang mengekor pada status orang
tuanya. Tinggi rendahnya seorang anak biasanya mengikuti status orang tuanya.
5) Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu
(grouping stratification)
Perbedaan ras
yang sering kali menimbulkan pemahaman sekelompok manusia tertentu memiliki
kedudukan lebih tinggi dibandingkan manusia lain. Pemahaman sebagian orang
bahwa ras kulit putih lebih superior dibandingkan ras kulit hitam, merupakan
salah satu contohnya.
b. Achieved Status
Achieved Status
merupakan status sosial yang disandang melalui perjuangan. Pola-pola ini
biasanya banyak terjadi distruktur sosial yang telah mengalami perubahan dari
pola-pola tradisional kearah modern. Lebih-lebih dalam struktur masyarakat
kapitalis liberal dengan menekan pada kebebasan individu untuk mencapai tujuan
masing-masing yang sarat dengan persaingan, dalam struktur seperti itu,
biasanya struktur sosial lebih terbuka sehingga membuka peluang bagi siapa saja
untuk meraih status sosial ekonomi sesuai dengan tujuan masing-masing, beberapa
contoh model ini adalah:
1) Stratifikasi berdasarkan Jenjang Pendidikan
(education stratification)
Jenjang
seseorang biasanya memperngaruhi setatus sosial seseorang di dalam struktur
sisialnya. Seseorang yang berpendidikan tinggi hingga bergelar Doktor tentunya
akan bersetatus lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang lulusan SD.
2) Stratifikasi di bidang Senioritas
Gejala ini
biasanya di kaitkan dengan profesi atau perkerjaan yang dimiliki seseorang.
Tingkat senioritas dalam berbagai lembaga perkerjaan biasanya di tentukan
berdasarkan tingkat tenggang waktu berkeja dan jenjang kepangkatan atau
golongan yang lazi sering disebut dengan jabatan. Biasanya jabatan seseorang
dalam suatu lembaga perkerjaan ditentukan oleh tingkat keahlian dan tingkat
pendidikannya, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan keahlian
seseorang, maka akan semakin tinggi juga jabatan yang disandangnya. Karena
system lapisan sosial seperti ini bersifat terbuka, maka bagi siapa saja bisa
menempati status sosial yang relative dianggap lebih mapan asal mereka
mempunyai kemampuan dan usaha yang gigih.
3) Stratifikasi di bidang Perkerjaan.
Berbagai jenis
perkerjaan juga berpengaruh pada system pelapisan sosial. Anda tuntu sering
memiliki penilaian bahwa orang yang berprofesi sebagai panrik becak, kuli
bangunan, buruh pabrik dan para pekerja kantoran yang berpakaian bersih,
berpenampilan rapi, berdasi dan mengendari mobil, selalu membawa Hp tentu memiliki
perbedaan status sosial dalam masyarakat. Para pekerja kantoran akan memiliki
status sosial yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
berprofesi sebagai penarik becak. Pola seperti ini juga bersifat terbuka
artinya system pelapisan sosial seperti ini membuka peluang bagi siapa saja
yang memiliki kegigihan dalam usaha untuk meraihnya termasuk anda.
4) Stratifikasi di bidang Ekonomi
Gejala ini
hampir ada diseluruh penjuru dunia. Yang paling mudah di identifikasi di dalam
struktur sosial adalah didasarkan pada besar kecilnya penghasilan dan
kepemilikan benda-benda materi yang sering disebut harta benda. Indikator
antara kaya dan miskin juga mudah sekali di identifikasi, yaitu melalui
pemilikan sarana hidup. Orang kaya perkotaan dapat dilihat dari tempat
tinggalnya seperti di kawasan real estate elite dengan rumah mewahnya yang
dilengkapi dengan taman, kolam renang, memiliki mobil mewah dan benda-benda
berharga lainnya. Sedangkan kelompok masyarakat miskin berada dikawasan
marginal (pinggiran), hidup di pemukiman kumuh, tidak sehat, kotor, dan
sebagainya. Adapun orang kaya perdesaan biasanya diidentifikasi dengan
kepemilikan jumlah lahan pertanian, binatang ternak, kebun yang luas dan
sebagainya.
c. Assigned Status
Assigned Status
adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dari
pemberian. Akan tetapi status sosial yang berasal dari pemberian ini sebenarnya
juga tak luput dari usaha-usaha seseorang atau sekelompok orang sehingga dengan
usaha-usaha tersebut ia memperoleh penghargaan.
2) Peranan (Role)
Sedangkan peran
sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan dengan kedudukan. Status
sosial merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi
masyarakat. Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam masyarakat.
Meskipun demikian, keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang
lainnya saling berhubungan.
Berdasarkan cara memperolehnya, peranan
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Peranan bawaan (ascribed roles),
yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya
peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, dan sebagainya.
b) Peranan pilihan (achieve roles),
yaitu peranan yang diperoleh atas keputusannya sendiri, misalnya seseorang
memutuskan untuk memilih Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel
Surabaya.
Berdasarkan
pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Peranan yang diharapkan (expected roles),
yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat.
Masyarakat menghendaki peranan tersebut dilaksanakan secernat-cermatnya dan
tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang telah ditentukan.
Misalnya, peranan hakim, diplomatik, dan sebagainya.
b) Peranan yang disesuaikan (actual roles),
yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan tersebut dijalankan. Peranan ini
pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
tertentu.
Suatu peranan dapat
membimbing seseorang dalam berperilaku, karena peran dapat berfungsi sebagai, pertama,
memberi arah pada proses sosialisasi. Kedua, pewarisan tradisi,
kepercayaan, nilai, norma, dan pengetahuan. Ketiga, dapat mempersatukan
kelompok atau masyarakat. Keempat, menghidupkan sistem pengendali dan
kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar