RSS
Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 04 Desember 2013

Hakikat Psikologi Manusia


HAKIKAT PSIKOLOGI MANUSIA
 
2.1 Ayat tentang motivasi yang benar daam kehidupan
Ayat 1: (QS. Ali Imron ayat 14) tentang motivasi kepemilikan
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ -١٤-
Terjemah:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Penjelasan tafsir:
Zuyyina زُيِّنَ (QS. Ali Imron/3: 14)
Zuyyina adalah fi’il madi (kata kerja yang telah lalu) dalam bentuk mabni majhul (bentuk pasif) artinya “dihiaskan”. Arti bahasa dalam permulaan ayat 14 ialah di hiaskan pada manusia rasa suka kepada hal-hal yang di inginkan berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang ternak, dan sawah, serta ladang. Ada dua penjelasan ulama’ yang berbeda tentang siapa yang menjadikan menghiaskan manusia rasa suka, yang pertama adalah setan, karena dalam akhir ayat dijelaskan bahwa Allah merupakan tempat kembali yang paling baik. Yang ke dua ialah Allah, karena Allah ingin menguji manusia melalui rasa tersebut.
 (ا لقنا طير) al-Qanathir adalah bentuk jamak dari قنطا ر qinthar. Ada yang memahami kata qinthar dalam bidang tertentu, seperti 100 kg, atau uang dengan jumlah tertentu, dan ada juga yang tidak menetapkan jumlah. Qinthar menurut panganut pendapat ke dua ini adalh timbangan tanpa batas. Ia adalah sejumlah harta yang menjadikan pemiliknya dapat menghadapi kesulitan hidup, dan membelanjakannya guna meraih kenyamanan bagi diri dan keluarganya.
Demikian juga kuda pilihan, kata pilihan adalah terjemeh yang sangat umum untuk kata (مسو مة) musawwamah yang digunakan ayat di atas. Kata ini mempunyai banyak arti, antara lain “tempat pengembalaan”, yakni dia dapat makan seenaknya, bukannya kuda yang di ikat dan di sajikan makanan kepadanya. Ia juga berarti “yang bertanda”, yakni ada tanda-tanda khusus bagi kuda-kuda itu membedakannya dari kuda-kuda yang lain. Atau bermakna “terlatih dan jinak”. Apapun makna yang anda pilih, yang pasti bahwa kuda-kuda yang di maksud adalah kuda-kuda istimewa yang berbeda dengan kuda-kuda biasa, sehingga ia benar-benar merupakan kuda pilihan.
Selanjutnya binatang ternak pun merupakan salah satu yang dicintai oleh manusia, istilah yang digunakan oleh ayat ini untuk menunjuk binatnga itu adalah (الانعام) al-an’am. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata (نعم) ni’am. Binatang ternak dimaksud adalah sapi, kambing, domba, dan unta, baik jantan mauun betina. Sebagaiman di sebut dalam QS. Al-an’am (6):143-144.
Yang terakhir di sebut oleh ayat ini adalah sawah ladang, yang di tunjuk oleh ayat di atas dengan kata (حرث) harts. Ini dijadikan yang terakhir karena untuk memiliknya di perlukan upaya ekstra dari manusia, bukan seperti emas, perak, dan lain-lain. Barang-barang tersebut adalah barang-barang yang telah wujud dan tidak diperlukan upaya khusus manusia untuk mengadakannya. Kata hars menunjuk kepada upaya membajak tanah. Tanah bersifat keras sehingga harus terlebih dahulu di bajak untuk ditanami benih, kemudian di olah dengan menyiraminya agar tumbuhan dapat tumbuh, selanjutnya tanah tersebut menjadi sawah dan ladang.
Ayat ini tidak menjelaskan siapa yang menjadikan indah hal-hal yang disebut oleh ayat ini. Yang di perindah adalah kecintaan kepada aneka syahwat. Syahwat adalah kecenderungan hati yang sulit terbendung kepada sesuatu yang bersifat indrawi aau material. Anda perhatikan redaksi ayat di atas, yang dijadikan indah adalah kecintaan, bukan hal-hal yang akan di sebutnya. Bisa jadi ada di antara apa yang di sebut dalam rinciannya itu bukan merupakan dorongan hati yang sulit atau tidak terbendung. Tetapi kalau dia telah di cintai oleh seseorang, maka ketika itu ia menjadi sulit atau tidak tebendung.
Hal-hal yang dicintai adalah keinginan terhadap wanita-wanita, anak-anak lelaki, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang binatang ternak, dan sawah ladang. Sekali lagi kita berhenti untuk bertnanya: apakah lelaki dan wanita tidak di cintai oleh manusia, atau kata manusia pada ayat ini khusus untuk pria? Tidak dapat di sangkal bahwa manusi ayang di sebut dalam ayat ini adalah semua putarputi adam, apa lagi yang dewasa, baik pria maupun wanita. Jika demikian adalh semakin pada tempatny apertayaan di atas.[1]
Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Perempuan, anak-anak, emas dan perak, kendaraan binatang peliharaan dan semua kekayaan adalah menyenangkan manusia dan sangat dicintainya. Sebenarnya bukan sesuatu yang terlarang mencintai benda-benda itu, karea manusia tidak dapat terhindar dari mencintainya. Namun sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya itu. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi dia menganggap hal itu tidak baik untuk dirinya, dia dapat melepaskan diri dari pengaruhnya. Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta terhadap harta benda dan kesenangan. Oleh sebab itu Allah menjaddikan harta benda dan kesenangan sebagai sarana menguji keimanan seseorang.
Pertama: perempuan (istri), istri adalah tumpuan cinta dan kasih sayang. Jiwa manusia selalu cenderung tertuju pada istri.
Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab atas kaum perempuan, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi mencintai perempuan secara berlebihan mempunyai efek yang kurang baik terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa, dan dapat pula mempengruhi keseimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.
Kedua: Anak, laki-laki atau perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan cinta kepada istri karena tujuannya untuk melanjutkan keturunan.
Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga, penerus keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi dia dapat berubah menjadi cobaan.
Ketiga: harta kekayaan yang melimpah ruah Ar-Razi mengatakan dalam tafsirnya “emas dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orag yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan, dan kesempurnaan itu diinginkan oleh semua manusia. Karena emas dan perak adalah alat yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan, maka ia diinginkan dan dicintai. Apabila sesuatu yang dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itupun dicintai pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai”.
            Cinta kepada harta telah menjadi tabiat buruk manusia, karena harta alat untuk memenuhi keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya. Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya.
            Keempat: kuda yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih dibagian dahi dan kakinya, sehingga tmpak sebagai tanda. Bagi orang arab kuda yang demikian itu adlah kuda yang paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya.
            Kelima: binatang ternak lainnya seperti sapi, unta, kambing, binatang-binatang ini termasuk harta kekayaan Arab Badhui.
Keenam: sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. kebutuhan manusia kepada sawwah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang disenangi, karena sawah ladang adalah sumber pemenuhan kebutuhan seseorang.
            Demikian keenam macam harta yang disenangi manusia di dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan bagi hidup mereka, yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Setan menggoda manusia sehingga memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal. Tidak benar apabila harta benda dijadikan cita-cita dan tujuan akhir dari kehidupan yang fana ini, sehingga dia terhalang untuk mempersiamkan diri bagi kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat yang abadi. [2]
Analisis/korelasi:
Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri individu untuk melakuakan suatu tindakan dengan tujuan. Dalam ayat diatas menjelaskan tentang keinginan manusia terhadap harta kekayaan duniawi, dan keinginan tersebut wajar, karena itu sudah menjadi tabiat manusia yang dikehendaki Allah, namun dengan adanya akal budi, manusia dituntut untuk dapat menentukan sikapnya kepada harta duniawi dan menjadikan motivasi kepemilikan itu untuk jalan mendekatkan diri kepada Allah. Keinginan manusia terhadap duniawi tu merupakan hal yang wajar, namun adanya dampak buruk yang dikarnakan berlebihan dalam keinginan itu dapat menjadi motivasi manusia untuk memanfaatkan keinginan duniawinya untuk memenuhi kebutuhan akhirat. Dengan demikian motivasi kepemilikan yang didimbangi dengan motivasi beragama lebih baik untuk jalannya kehidupan.
Manusia memiliki kecenderungan untuk memiliki harta benda, perabot rumah tangga, tanah, maupun property yang lainnya. Al Qur’anul karim telah mengisyaratkan bahwa manusia senang memiliki harta benda. Keinginan untuk menghimpun kekayaan duniawi. Ambisinya untuk memburu dunia tidak akan pernah pupus sampai maut yang akan menghentikannya.
Dalam hadist riwayat ‘Uqbah bin ‘Amir yang menerangkan adanya motivasi berkompetensi. Persaingan dalam mengumpulaka harta benda pada hakikatnya adalah potensi untuk memilikinya. Kekhawwatiran rosulullah terhadap kaum muslimin sepeninggal beliau tidak lain adalah kekhawatiran beliau kalau sampai kaum muslimin dikuasai motivasi kepemilikan.
Dengan memahami semua penjelasan di atas kita dapat menghayati arti kehidupan, maka motivasi kepemiikan duniawi tidak boleh menguasai jiwa manusia. Dengan motivasi yang baik, maka kehidupan akan baik.

Ayat 2: (Surat Al-Mutaffifiin ayat 22-26) tentang motivasi berkompetensi
 (٢٤) ٱلنَّعِيمِ نَضْرَةَ وُجُوهِهِمْ فِى تَعْرِفُ  (٢٣) يَنظُرُونَ الْأَرَائِكِ عَلَى  (٢٢) نَعِيمٍ لَفِي الْأَبْرَارَ إِنَّ
(٢٦) ٱلْمُتَنَٰفِسُونَ فَلْيَتَنَافَسِ ذَٰلِكَ وَفِى ۚمِسْكٌ خِتَٰمُهُ (٢٥) مَّخْتُومٍ رَّحِيقٍ مِن يُسْقَوْنَ

Terjemahan:
(22)           Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan.
(23)           Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil melepas pandangan.
(24)           Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.
(25)           Mereka diberi minum dari khamar murni (tidak memabukkan) yang (tempatnya) masih dilak (disegel),
(26)           Laknya adalah dari kasturi, dan untuk yang demikian itu hendaknya manusia berlomba-lomba.

Penjelasan Tafsir:
(22)      Setelah menerangkan kitab orang-orang yang berbakti yang diberi nama ‘Illiyyin, lalu Allah menerangkan keadaan orang yang berbakti (al-abrar) itu secara terperinci. Sesungguhnya mereka yang membenarkan apa-apa yang dibawa oleh Muhammad SAW itu, benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar, yaitu surga.

 “Illiyyin” (al-Mutaffifin/83:18)
            Secara kebahasaan, kata “Illiyyin” adalah bentuk jamak dari ‘Illiy, yang berarti tempat yang tinggi, atau pemilik tempat yang tinggi. Dalam konteks ayat ini, ‘Illiyin adalah sebuah kitab yang berisi tulisan amal perbuatan baik.
(23)      Mereka duduk diatas dipan-dipan sambil memandang berbagai macam kenikmatan surga seperti bidadari, anak-anak mereka yang mati sebelum baliq yang disediakan dalam surga untuk berkhidmat kepada orang tuanya, aneka macam makanan dan minuman, dan sebagainya.
(24)      Dalam ayat ini dijelaskan bahwa tanda-tanda kebahagiaan itu tampak pada wajah-wajah mereka. Orang yang melihatnya dapat merasakan kesenangan hidup mereka yang penuh dengan kenikmatan seperti tercantum dalam firman Allah :
(٣٩) مُّسْتَبْشِرَةٌ ضَاحِكَةٌ (٣٨) مُّسْفِرَةٌ يَوْمَئِذٍ وُجُوهٌ
                 Artinya : Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa dan gembira ria. (Abasa 38-39).
(25)      Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang berbakti itu diberi minum dari khamar murni yang bersih dari campuran dan tidak memabukkan. Khamar itu disimpan ditempat yang tersegel sehingga terpelihara dari pencemaran.
(26)      Segelnya adalah kasturi dan untuk mencapai kenikmatan yang demikian itu, hendaklah orang berlomba-lomba dalam rangka melaksanakan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah. Barang siapa yang giat beribadah kepada-Nya, maka akan cepat pula melintasi jembatan as-siratal-mustaqim yang berada di atas api neraka.
Kesimpulan
1.      Orang yang berbakti berada dalam surga yang penuh dengan berbagai kenikmatan.
2.      Dari wajah-wajah mereka tampak tanda-tanda kesenangan dan kebahagiaan.
3.      Mereka diberi minuman dari khamar murni yang disegel dengan kasturi.[3]

Pada ayat 22 sampai 24 menjelaskan tentang keadaan mereka. Allah berfirman : sesungguhnya al-Abrar itu benar-benar dalam kenikmatan yang besar di surga; mereka duduk dengan santai diatas dipan-dipan yang diselubungi oleh selubung halus bagaikan kelambu sambil memandang aneka pemandangan indah kea rah manapun mereja hendak memandang. Engkau – siapa pun engkau yang sempat melihat mereka – dapat mengetahui dari wajah-wajah mereka kecemerlangan nikmat pertanda kesenangan dan kebahagiaan hidup mereka. Kata (ٱلنَّعِيمِ) na’im biasa digunakan oleh al-qur’an untuk kenikmatan ukhrawi. Kata tersebut menunjuk ke surga serta pengampunan Allah SWT. Atas dasar itu keberadaan al-abrar dalam na’im dipahami dalam arti keberadaan mereka di surge disertai dengan pengampuan ilahi, dan kecemerlangan wajah mereka itu adalah akibat dari keberadaan mereka disana dalam keadaan bebas dari dosa yang mengeruhkan wajah. 
Pada ayat 25 sampai 26, setelah menjelaskan keadaan dan rupaal-Abrar ayat diatas menjelaskan salah satu dari hidangan yang disuguhkan kepada mereka, Allah berfirman: Mereka diberi minum yakni dilayani oleh remaja-remaja surgawi dengan hidangan antara lain minuman dari khamar surgawi yang murni yang dilak tempatnya dan tidak dibuka kecuali saat akan diminum: laknya adalah kasturi: minuman tersebut benar-benar merupakan puncak kelezatan minuman dan untuk meraih kenikmatan itu hendaknya berlomba para pelomba dengan melakukan aneka ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya saw.
Kata ( رَّحِيق ) rahiq merupakan salah satu nama dari minuman keras, dan yang paling tinggi kualitasnya.
Kata ( خِتَٰمُهُ ) khitamuhu dipahami oleh banyak ulama dalam arti sesuatu yang menutupi. Botol-botol yang berisi minuman keras biasa disimpan sekian lama bahkan ditutupi bukan dengan tanah, tetapi dengan kasturi, sehingga kelezatannya semakin sempurna dan dengan aroma yang sangat harum. Ada juga yang membaca kata ini dengan khatimuhu yakni akhir dari aroma yang muncul setelah meminum-nya merupakan aroma kasturi yang sangat harum, bukan seperti minuman keras di dunia ini.
Kata ( فَلْيَتَنَافَسِ ) fal yatanafas terambil dari kata nafis yakni sesuatu yang sangat bernilai. Hal yang demikian, biasanya diperebutkan, diusahakan perolehannya secara sungguh-sungguh serta dinanti-nantikan.[4]

Analisis/ korelasi:
Allah SWT berfirman dalam surat Al-mutaffifiin pada ayat 22-26 menjelaskan adanya anjuran, motivasi untuk berkompetisi atau berlomba-lomba dalam hal kebajikan. Motivasi berkompetensi merupakan salah satu motivasi psikologis yang lumrah dimiliki oleh orang yang tinggal ditengah masyarakat. Budaya masyarakat dan berbagai sistem nilai yang berlaku akan membatasi beberapa hal yang dianggap baik untuk dikompetisikan. Suatu komunitas sosial akan memacu anggotanya untuk berkompetisi dalam semua hal. Al Qur’anul Karim sendiri telah menganjurkan kaum muslimin untuk berkompetisi atau berlomba-lomba dalam hal peningkatan kualitas ketaqwaan, mendekatkan diri kepada Allah dengan cara beribadah,dan beramal shalih.
Mayoritas manusia biasanya cenderung untuk melakukan kompetisi dalam urusan materi dan dunia yang fana. Mereka lebih senang berkompetisi untuk menumpuk harta, tanah dan perabotan rumah tangga. Kompetisi dalam bidang ini tidk terlalu jauh berbeda dengan kompetisi mereka dalam mencari popularitas, jabatan, kekuasaan, dan ambisi duniawi yang sejenis. Itulah sebabnya Rasulullah SAW memperingatkan bagi kaum muslimin agar tidak berkompetisi dalam urusan dunia. Sebab kompetisi jenisini tergolong kompetisi tercela yang bias menimbulkan rasa iridan dengki dalam hati masing-masing individu.
Kompetisi jenis ini juga dapat memutuskan tali persaudaraan dan ikatan cinta kasih diantara kaum muslimin. Alasan mengapa Rasulullah SAW memperingatkan kaum muslimin agar tidak saling bersaing dalam urusan dunia adalah karena hal itu bias menyebabkan madharat dan bahaya. Namun Rasulullah selalu memotivasi kaum muslimin untuk berkompetisi dalam hal taqwa kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara melakukan amal shalih. Dengan demikian mereka akan sukses di alam akhirat dengan meraih ridha Allah SWT.
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Pada intinya manfaat motivasi dapat di simpulkan bahwa motivasi sebagai penggerak kegiatan, motivasi sebagai pendorong perbuatan, motivasi sebagai pengarah perbuatan dan motivasi sebagai penyeleksi perbuatan.
Jadi keadaan surga yang telah dijelaskan dalam surat Al mutaffifiin diatas menjadi motivasi umat muslim untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan demikian motivasi tersebut akan menjadi motivasi yang baik bagi kehidupan karena perbuatan yang di timbulkan dari motivasi tersebut adalah termasuk perbuatan yang baik.
Ayat 3: (Surat Al-A’raf ayat 172) tentang motivasi baragama

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Terjemah:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).
Penjelesan tafsir:
tulang rusuk  ظهورهم :
mengambil kesaksian :  اشهدهم
Dalam ayat ini Allah menerangkan tentang janji yang dibuat pada waktu manusia dilahirkan dari rahim orang tua (ibu) mereka, secara turun temurun, yakni Allah menciptakan manusia atas dasar fitrah. Allah menyuruh roh mereka untuk menyaksikan susunan kejadian diri mereka yang membuktikan keesaan-Nya, keajaiban proses penciptaan dari setetes air mani hinggga menjadi manusia bertubuh sempurna, dan mempunyai daya tanggap indra, dengan urat nadi dan sistem urat syaraf yang mengagumkan, dan sebagainya. Berkata Allah pada roh manusia “Bukankah aku ini Tuhanmu?” maka menjawablah roh manusia, “Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami telah menyaksikan.” Jawaban ini merupakan pengakuan roh pribadi manusia sejak awal kejadiannya akan adanya Allah Yang Maha Esa, yang tiada Tuhan lain yang patut disembah kecuali Dia.[5]
Dengan ayat ini Allah bermaksud menjelaskan kepada manusia, bahwa hakikat kejadian manusia itu didasari atas kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa. Sejak manusia itu dilahirkan dari rahim orang tua mereka, ia sudah menyaksikan tanda-tanda keesaan Allah pada kejadian mereka sendiri, Allah berfirman pada ayat lain :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum : 30) ”
                                  
Penolakan terhadap ajaran Tauhid yang dibawa Nabi itu sebenarnya perbuatan yang berlawanan dengan fitrah manusia dan dengan suara hati nurani mereka. Karena itu tidaklah benar manusia pada hari kiamat nanti mengajukan alasan bahwa mereka alpa, tak pernah diingatkan untuk meng-Esakan Allah. Fitrah mereka sendiri dan ajaran Nabi-Nabi senantiasa mengingatkan mereka untuk meng-Esakan Allah dan menaati seruan Rasul serta menjauhkan diri dari syirik.
Analisis/korelasi:
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa fitrah manusia itu menerima ajaran Allah dan ini sudah mereka ikrarkan dalam diri mereka. Dan kata yang menegaskan bahwa manusia telah diambil ikrar atau sumpahnya tentang keesaan Tuhan adalah kata Asyhadahum, yang artinya menjadikan seseorang bersaksi atau bersumpah.
Manusia diciptakan Allah dimuka bumi ini tidak lain hanya untuk menyembah dan patuh kepada-Nya. Dan dalam hal ini Allah menyuruh roh manusia untuk menyaksikan susunan kejadian diri mereka yang membuktikan keesaan-Nya, keajaiban proses penciptaan yang dari setetes air mani hingga menjadi manusia yang bertubuh sempurna.
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu perbuatan sesuai tujuan. Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa Allah telah membuat perjanjian dengan kita saat sebelum lahir, bahwa manusia telah menyaksikan keesaan Allah. Sehingga manusia dalam kehidupannya termotivasi untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, sehingga kelak pada hari kiamat dapat dipertanggung jawabkan dengan baik.
Dalam sebuah Hadits dijelaskan yang artinya seperti berikut : “ Sesungguhnya Tuhanku memerintahkan diriku untuk mengajari sesuatu yang belum kalian ketahui, yaitu sesuatu yang telah Dia ajarkan kepadaku pada hari ini. (pelajaran yang di maksud adalah firman Allah): Setiap harta yang aku (Allah) berikan kepada seorang hamba adalah halal. Sesungguhnya aku telah menciptakan semua hamba-Ku (berada di atas keyakinan) yang lurus. Sebenarnya mereka telah di datangi syaithan. Syaithan itulah yang membuat keyakinan agama mereka menjadi pudar. Syaithan mengharamkan pada orang – orang sesuatu yang Aku halalkan. Syaithan juga menyuruh mereka untuk menyekutukan Aku dengan benda – benda yang tidak Aku beri kemampuan apapun...”[6]

2.2. Ayat tentang menghayati arti kehidupan
Ayat: (Al mu’min (40:39)
يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (٣٩)

Terjemah:
39. Hai kaumku ,sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negri yang kekal.
Penjelasan Tafsir:
Pada ayat ini di terangkan bahwa orang yang beriman kepada musa berkata pada kaumnya, “wahai kaumku, kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang fan, dimana kesenangan serta kebahagiaan yang diperoleh didaamnya adalah kesenangan dan kebahagiaan yang tidak sempurna serta tidak kekal. Adapun kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal, kesenangan dan kebahagiaan yang di peroleh adalah kesenangan dan kebahagiaan yang sempurna. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengingkari Allah dalam kehidupan dunia ini agar kamu terhindar dari siksaNya di akhirat nanti.[7]
Sifat kehidupan dunia hanyalah sementara. Kehidupan dunia sebagai kesenangan (mata’), dalam terjemahan dapat diartikan sebagai kesenangan sementara. Selain itu kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Ayat ini membicarakan tentang kematian yang pasti dirasakan oleh setiap jiwa dan nanti pada hari kiamat semua pahala akan disempurnakan.

Untuk menuju hidup akhirat, Allah sudah menentukan bahwa manusia harus melewati rangkaian kehidupan dunia dengan berbagai kegiatan, ibadah dan sebagainya guna mempersiapkan bekal hidup sesudah ini. Dunia sebagai tempat manusia hidup sebelum mati. Dapat juga diartikan sebagai kehidupan sekarang yang sangat rendah, hina, tidak abadi. Dunia sering dikaitkan dengan kehidupan yang mengindikasikan bahwa dunia bagi manusia adalah tempat berkarya dan beraktifitas. Kehidupan artinya usaha manusia didunia sebagai penentu nasib ketika meninggalkan dunia fana ini.

Kehidupan di dunia juga bisa dikatakan sebagai permainan bahwa kehidupan yang sesungguhnya adalah negri akhirat. Dengan kata lain kehidupan ini dikatakan permainan karena singkat waktunya dan cepat hilang kenikmatannya. Segala macam bentuk kehidupan merupakan kesenangan nisbih. Kesenangan hidup dan perhiasan dunia merupakan anugerah Allah yang semuanya nanti akan sirna sebaliknya kesenangan yang disediakan bagi hamba yang saleh di akhirat itulah kesenangan yang abadi. Maka dari itu kita harus bisa memaknai arti hidup.

Dan ingatlah bahwa orang yang beruntung adalah yang merasakn kesenangan yang sesungguhnya yaitu berada dalam surga. Sebaliknya siapa yang larut dalam kesenangan dunia tanpa memperdulikan aturan Allah (agama) maka kesenangan yang diperoleh itu hanya nisbih.kehidupan dunia yang enak kita rasakan seperti enak makan, minum, hubungan seksual, bahkan kemegahan, popularitas, jabatan itu tidak lain seperti kesenangan penjual yang menipu. Inilah orang yang mengutamakan dunia dari akhirat. Untuk (merendahkan) mengecilkan dunia sebab dunia itu akan fana. Tetapi orang masih mementingkan kehidupan dunia dari akhirat padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal, dalam suatu hadist pernah terungkap bahwa dunia dibandingkan akhirat bagaikan seseorang mencelupkan jari kelaut lalu diangkat dan diperhatikan berapa air yang menetes lagi kelaut. Mengartikan kesenangan dan kesenangan yang melalaikan. Maka manaatkan kesenangan itu demi taat kepada Allah.

Dunia adalah kampung yang fana dari itu bersenang-senang di dunia tanpa peduli hari akhirat itulah orang pandai lagi tertipu.kesenangan di dunia tidak ada yang abadi maka dari itu manusia diperingatkan agar berhati-hati dalam menikmatinya, jangan sampai lupa mengingat Allah. Kesenangan dalam beribadahpun belum seberapa bila dihadapkan balasan di akhirat.
Analisis / Kolerasi
Menurut tinjauan secara ilmu psikologi agama Allah telah memberikan rahmat dan hikmah-Nya kepada manusia dengan segala bentuk kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan pertentangan tersebut dan melewati ujian terberat ini. Perwujudannya berbentuk akal yang berfungsi sebagai pembeda yang baik dan yang buruk.
Bagi siapa menganggap kehidupan dunia adalah sangat substansi (tidak bersifat permainan dan seterusnya) dan juga bagi siapa yang berfikir dan merasakan bahwa di dunia ini tidak ada kelangenggan dan ada kesudahan. Pada dasarnya begitulah realita kehidupan dunia yang senantiasa sering membuat lalai kepada Allah.
Ketika manusia lebih memilih kesenangan duniawi, mengikuti hawa nafsu serta melupakan Tuhannya dan hari kiamat. Nanti di akhirat mereka termasuk orang yang merugi sedangkan bagi yang bertaqwa akhirat itu lebih baik dari kehidupan dunia.
Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat memilih makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif atupun makna yang negatif. Makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna untuk menuju kebahagian diakhirat kelak.[8]


[1] Tafsir almisbah volume 2, qurai shihab. Lentera hati:23-27
[2] Alqur’an dan tafsirnya juz 1-3 jilid 1, kementrian agama RI.widia cahaya:459-467
[3] Alqur’an dan tafsirnya Juz 28-30 Jilid 10, widia cahaya, hal 593-595
[4] Tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihab, Penerbit Lentera Hati, hal : 129-131
[5] Muhammad ‘Utsman Najati, Al-Qur’an wa ‘Ilmu-Nafs, op. Cit., hal. 47-49.
[6] Hadits oleh Muslim (Asy – Syaibani, vol. IV, hal. 32).
[7] Tafsir al misbah volume 12, quraish shihab.lentera hati:543
[8] kementrian agama RI .Alqur’an dan tafsirnya juz 22-24.(jakarta:widia cahaya)hal 324

0 komentar:

Posting Komentar