Cariosan Prabu Siliwangi
Dikisahkan
Prabu Anggalarang raja Pajajaran mempunyai tiga orang putra, yakni Parbamenak
bergelar Rajaputra, ia putra dari pernikahan dengan Astunalarang. Kedua
Pamanahrasa bergelar Rajasunu, ketiga Rangga Pupuk, keduanya putra dari
permaisuri Umadewi.
Parbamenak
mendapat didikan dari Banyaksumba, kakak ibunya, sedangkan Pamanahrasa memiliki
para pengasuh yang sekaligus mendidik budi pekerti dan ilmu kenegaraan, seperti
Lampung Jambu atau katelah Nulawas, Kidang Pananjung nu katelah Parwakali
(Purwagalih), dan Gelap Nyawang yang terkenal dengan manteranya Dadali Putih.
Ketiga para pendampingnya tersebut telah menjadi pengasuh sejak masa kakeknya,
sama seperti Pandawa mempunyai pawongan Lurah Semar Badranaya, Cepot, Dawala
dan Nalagareng.
Pada
masa itu Parbamenak dikisahkan telah berusia 15 tahun sedangkan Pamanahrasa
berusia sembilan tahun. Parbamenak merasa iri atas pengangkatan Pamanahrasa
sebagai putra mahkota, sehingga terpikir untuk melenyapkannya. Parbamenak
menceritakan niatnya kepada Banyaksumba, Dan disetujuinya.
Parbamenak
berniat membunuh Pamanahrasa di Leuwi Sipatahunan, dengan berpura-pura
memberikan ujian yang lajim dilakukan seorang calon raja. Lantas ia pun
memerintahkan punakawannya, Tandhesang, untuk mengundang Pamanahrasa ke Leuwi
Sipatahunan. Disana Pamanahrasa akan diberikan beberapa ujian yang mungkin
tidak dapat ia lakukan. Dengan cara itu Parbamenak bertujuan membunuh
Pamanahrasa.
Setelah
beberapa kali diundang Pamanahrasa tiba di sendirian di Sipatahunan, karena
ibundanya hamil tua dan sedang sakit maka Pamanahrasa tanpa disertai para
pengasuhnya.
Parbamenak
memberikan ujian pertama agar Pamanahrasa menyebrangi sungai yang dihuni tiga
ekor buaya putih. Pamanahrasa dengan sangat cerdiknya menyelesaikan ujian
dengan baik, bahkan ketiga ekor buaya saling membunuh dan mati dengan
sendirinya.
Parbamenak
tidak merasa senang dengan selamatnya Pamanahrasa, ia pun memberikan ujian
lanjutan. Pamanahrasa diharuskan memanjat tumbuhan merambat (areuy) Sanghiyang
Keukeumbingan, dengan menggunakan kedua tangannya. Parbamenak lagi-lagi harus
menelan kecewa, karena Pamanahrasa mampu melakukan ujian itu dengan baik.
Parbamenak
menemukan akal baru agar dapat menyingkirkan Pamanahrasa dari lingkungan
keraton. Kebetulan di atas Sanghyang Keukeumbingan ada tempat pemujaan yang
harus dihormati semua orang. Keberhasilan Pamanahrasa mencapai puncak Sanghyang
Keukeumbingan difitnahkan “merusak tempat pemujaan dan tidak menghormatinya”,
sehingga harus dihukum. Pamanahrasa sangat menghormati tradisi dan leluhurnya,
oleh karenanya ia sangat merasa bersalah dan meminta maaf.
Ketaatan
Pamanahrasa digunakan Parbamenak sebagai celah penting untuk menyingkirkannya.
Pamanahrasa diberi dua pilihan, menerima hukuman dengan cara dibunuh atau dijual
dan tidak boleh kembali ke Pajajaran. Pamanahrasa memilih menjalani hukumannya
dengan cara dijual, ia ikhlas harus berpisah dengan kedua orang tuanya, tanpa
sepengetahuan mereka.
Pertama-tama
Pamanahrasa dilumuri jelaga dan getah oleh kedua Punakawan Parbamenak
(Tandhesang dan Papagrahang), dengan alasan agar tidak dikenali identitasnya.
Parbamenak diam-diam memerintahkan kedua punakawannya untuk membunuh
Pamanahrasa. Berkat kesaktiannya ia tidak dapat dibunuh, sehingga kedua
Punakawan tersebut kehilangan akal dan menjual Pamanahrasa di pelabuhan.
Menurut cerita ini, nama Siliwangi bagi Pamanahrasa untuk pertama kalinya
digunakan sesuai dengan pesan kedua punakawan Parbamenak, agar menyelimuti
identitasnya.
Hilangnya
Pamanahrasa menjadi geunjleung sakanagara. Parbamenak dan Banyaksumba pura-pura
tidak mengetahui. Untuk mengelabui sang raja mereka pura-pura ikut mencari.
Demikian pula para pengasuh setia Pamanahrasa, mereka sibuk mencari
junjungannya yang hilang tanpa jejak. Raja Anggalarang berduka, ia
memerintahkan 15 ksatrian dan para bupati untuk Sang Prabu Anom. Pada
kesempatan itu pula pengasuhnya berjanji : “akan mencari sampai kemanapun,
tidak akan pulang sebelum menemukan Pamanahrasa”. Tunda !!!
-o0o-
Kita
tunda tentang seisi negara yang kehilangan junjunannya, tersebutlan di daerah
Sindangkasih, ada seorang penguasa daerah yang dikenal dengan nama Ki Gedeng
Sindangkasih. Ia mempunyai putra bernama Wirataji dan seorang putri bernama
Dewi Ambetkasih. Ki Gede Sindangkasih masih saudara sekandung Prabu Wangi, nu
ajeg di Sumedang larang. Begitulah kisah ini di dalam Pantun.
Konon
menurut Ki Juru Pantun, Dewi Ambetkasih bermimpi kedatangan seorang pemuda yang
gagah dan tampan. Pemuda itu ditemani seorang pelayannya, anak kecil yang buruk
rupa. Pemuda didalam mimpinya bersedia dijadikan adiknya jika Ambetkasih
bersedia memelihara anak kecil itu. Impiannya seakan-akan nyata, sehingga
berharap akan menjadi kenyataan.
Pada
suatu hari Ambetkasih mendengar berita, di pelabuhan Cirebon ada seorang
juragan perahu yang tidak memiliki biaya untuk memperbaiki perahunya, sehingga
terpaksa harus menjual budaknya. Setelah diselidiki ternyata budak itu sama
dengan anak kecil hitam buruk rupa yang ada didalam mimpinya. Lantas Ambetkasih
meminta orang tuanya untuk membeli anak tersebut. Dan membawanya ke Istana.
Sejak saat itu budak hitam yang bernama Siliwangi tinggal di istana
Sindangkasih. Hanya saja sejak Siliwangi tinggal di istana, taman-taman sering
rusak, sehingga di budak hitam dianggap biang malapetaka.
Pada
saat yang bersamaan para pengasuh Pamanahrasa sudah lima tahun melakukan
pencarian, mereka tidak berani pulang. Ketiga pengasuhnya itu diberi petunjuk
oleh Mahamuni Dungusbitung dan di sarankan agar turun dari Meru Kidul menuju
Riwahan. Konon disanalah jejak Pamanahrasa akan ditemukan.
Ketiga
pengasuh Pamanahrasa tibalah di kampung Kategang dengan mengaku sebagai
punakawan Raja Bali. Mereka menjadi tamu sang Akuwu Kawanda, sudah lebih
setengah tahun tinggal di sana. Konon menurut Juru Pantun mereka sangat
dicintai warga kampung, karena keahliannya menanam apa saja sehingga kampung
Katenggang menjadi daerah yang sangat subur.
Suatu
hari sang Kuwu membawa hasil tatanennya ke Ki Gedhe Sindangkasih. Nyi Gedhe
merasa senang melihat hasil kebunnya yang subur. Nyi Akuwu menjelaskan tentang
adanya tiga orang tamu yang akhli merawat dan menanam segala tumbuh-tumbuhan.
Lantas Nyi Gedhe memohon agar ketiga orang itu mau membantu memperbaiki
tanamannya yang rusak.
Ketika
para pengasuh ada di lingkungan rumah Ki Gedhe, mereka melihat pelayan Ki Gedhe
disibukan mengusir seorang budak kecil hitam. Mereka mengenali budak hitam
lecil itu junjunannya. Pelayan tersebut mereka sirep, setelah tak sadarkan diri
para pengasuh itu serempak bersujud di kaki Siliwangi menghaturkan sembah.
Keesokan
hari dipagi yang cerah, para pengasuh dan Siliwangi melihat tanaman yang sudah
mulai tumbuh. Kebetulan bertemu dengan Dewi Ambetkasih yang sedang
melihat-lihat tanamannya. Dewi Ambetkasih dengan serta merta mengusir budak
hitam kecil itu, ia takut jika tanamannya yang telah subur ini dirusak kembali
oleh budak kecil hitam, namun para pengasuh Siliwangi menyarankan, agar
Amberkasi mengusirnya dengan cara menyiramkan air ke tubuh budak kecil hitam itu,
karena biasanya anak kudisan sangat takut disiram air. Padahal dibalik semua
ini, para pengasuh Siliwangi bertujuan, dengan disiramkannya air ke tubuh anak
kecil itu maka akan menjadi bersih dan terungkap siapa jatidir budak kecil
hitam itu.
Alangkah
terkejutnya setelah budak hitam kecil itu disiram air. Ia leungit tanpa lebih
ilang tanpa karana, jleg kembali menjadi seorang pemuda yang tampan. Ambet
kasih termenung sejenak. Tanpa diperintah ia lantas memeluk tubuh pemuda itu.
Iapun mendesak agar Siliwangi mau dijadikan adiknya. Mula-mula Siliwangi
menolaknya, namun atas anjuran para pengasuh dan Ki Gedhe Sindangkasih akhirnya
Siliwangi mau menerima untuk diaku adik. Konon kabar keduanya berhias bagai
raja dan putri, sehingga keduanya nampak seperti Kamajaya dan Dewi Ratih. Tunda
!!!
-o0o-
Dalam
kisah selanjutnya, diceritakan Prabu Wangi di Sumedanglarang mempunyai tiga
saudara, yakni Ki Gedhe Sindangkasih, Prabu Singapura dan Mangkubumi. Keempat
bersaudara ini masing-masing mempunyai sepasang putra-putri. Prabu Wangi
mempunyai seorang putra Prabu Anom dan putri bernama Cepuk Agung. Ki Gedhe
Sindangkasih mempunyai putra bernama Wirataji dan putri bernama Ambetkasih.
Prabu Singapura mempunyai putra bernama Tajimalela dan putri bernama Ratna
Larang tapa, sedangkan Mangkubumi mempunyai putra bernama Ki Gedeng Tapa dan
putri bernama Subang larang.
Konon
sebagaimana tradisi sunda buhun, para putra dari ketiga negara tersebut, yakni
Prabu Anom (Sumedang larang), Wirataji (Sindangkasih), Tajimalela (Singapura)
pergi bertapa ke ujung kulon untuk menyempurnakan diri mereka.
Menurut
Ki Juru Pantun, Prabu Singapura memiliki putri yang cantik jelita, bernama
Ratna Larangtapa, didalam babad dikenal dengan sebutan Mraja larangtapa. Karena
kecantikannya, ia dilamar delapan belas raja domas.
Banyaknya
lamaran menyebabkan Prabu Singapura merasakan kebingungan yang tak terhingga,
ia menyurati kakaknya, yakni Ki Gedhe Sindangkasih untuk membantu menyelesaikan
masalahnya. Ki Gedhe kemudian mengutus Ambetkasih untuk membantu Prabu
Singapura. Ambetkasih mengajak Siliwangi untuk menemaninya. Semula ajakan itu
ditolak, namun Ambetkasih berjanji akan memperlakukan Siliwangi sebagai
adiknya, dan Siliwangi menyetujui syarat itu.
Ditempat
lain Adipati Anom meminta petunjuk untuk pergi ke Singapura bersama Cepuk
Agung, adiknya. Berdasarkan petunjuk Adipati Anom harus menyabung ayamnya
dengan ayam Angkatranjang tanpa taruhan di Darmawangi. Setelah dicari nama ayam
Angkatranjang kemudian diketahui ayam itu milik Siliwangi.
Ketika
terjadi sabung ayam, tiba-tiba Angkatranjang meninggalkan gelanggang dan lari
kedalam hutan. Siliwangi sangat sedih melihat ayamnya lari. Karena
Angkatranjang diturunkan dewata tepat pada hari kelahiran Ambetkasih. Melihat
kesedihan Siliwangi, Adipati Anom menanyakan asal usulnya. Kemudian Siliwangi
menceritakan jati dirinya dan kisah perjalanannya hingga ada di daerah sabung
ayam Darmawangi.
Siliwangi
bertekad tidak akan kembali ke Sindangkasih jika Angkatranjang belum ditemukan.
Sementara itu Adipati Anom pergi kembali ke Sumedang larang untuk meminta ijin
ayahnya agar diijinkan pergi dengan Cepuk Agung, adiknya ke Singapura, namun
Prabu Wangi tidak mengijinkan sebelum ada berita dari Ambetkasih. Tak lama
kemudian utusan Ambetkasih tiba dan memberitahukan bahwa ia belum dapat pergi
ke Singapura karena menunggu adiknya yang akan serta ke Singapura. Oleh karena
itu Adipati Anom dengan Cepuk Agung berangkat terlebih dahulu ke Singapura.
Kisah
pencarian Angkatranjang oleh Siliwangi dan para pengasuhnya sudah sampai di
puncak Gunung Meru. Pada saat hampir mendekati puncak gunung mereka mendengar
kokok ayam, yang semula dikira Angkatranjang. Namun ketika hampir tiba di
puncak Meru mereka bertemu dengan pendeta Susuk Amuk Bagawan Sang Jalajala,
yang telah mengetahui akan kedatangan Siliwangi, ia teringat pesan gurunya,
Muniwara Panjangrahang atau Mahawiku Panjang rahang. Konon menurut Sang
Mahawiku pada suatu hari Selasa Kliwon, ia akan berjumpa dengan penjelmaan
dirinya. Dan inilah orangnya.
Siliwangi
menanyakan ayamnya yang hilang. Hal ini dijawab oleh sang Begawan tentang makna
hilangnya Angkatranjang, agar Siliwangi harus lebih waspada dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang akan terjadi dalam waktu dekat, yakni menghadapi Raja
Amuk Murugul yang sakti Mandraguna.
Kemudian
Siliwangi menengok kebun Panglokatan. Ia menemukan pohon manggis, wuni dan ikan
tambra yang bermata merah berkilau emas, disertai ikan-ikan kecil lainya yang
mengiringi ikan tambra. Kemudian ia menanyakan makna dari penglihatannya.
Sang
Begawan menjelaskan bahwa pohon manggis itu melambangkan gadis yang dicintai
Siliwangi. Buah wuni yang dikerumuni semat melambangkan kebahagiaan Siliwangi
yang akan di alami bersama si Gadis, sedangkan ikan tambra adalah lambang Amuk
Murugul yang akan dihadapi Siliwangi, maka ia harus waspada dan berhati-hati,
namun dari seluruh peristiwa nanti melambangkan bahwa Siliwangi akan disayangi
semua orang kecuali Parbamenak.
Setelah
selesai di papagonan Sang Begawan menyerahkan Angkatranjang kepada Siliwangi
untuk di bawa serta. Sang Bagawan menyerahkan pula sebuah kantung berisi bokor
emas tanpa tutup dan sebelah subang indah bermata biru, dan Siliwangi dengan
senang hati memberikan pemberian tersebut. Konon pemberiannya ini akan
bermanfaat bagi kehidupan Siliwangi.
Sebelum
pulang Siliwangi memeluk erat Sang Begawan. Pada saat itu pula kesaktian Sang
Panjangrahang yang ada didalam tubuh Sang Bagawan Muniwara Sang Jalajala
beralih ketubuh Siliwangi. Sang begawan memberitahukan pula, bahwa nanti diperjalanan
ia akan bertemu dengan raksasa kerdil yang bernama Anjawong. Raksasa itu di
kutuk Sang Panjangrahang, Siliwangi harus menolong dan menyembuhkannya.
Pesan
Sang begawan tersebut memang terbukti, Anjawong tiba-tiba menghadang jalan
Siliwangi, kemudian Siliwangi menyembuhkannya. Berkat bantuan Siliwangi
Anjawong kembali normal, Sang Anjawong kemudian berjanji, jika dikemudian hari
Siliwangi menemukan kesusahan maka ia boleh mengetukan tangannya, maka ia akan
hadir dan membantu Siliwangi. Tunda !!!
-o0o-
Di
Sindangkasih Dewi Ambetkasih sedang menunggu Siliwangi dengan rasa rindu, namun
Siliwangi tak kunjung tiba.
Pada
suatu malam Siliwangi sampailah di Sindangkasih, namun ia tidak langsung
menemui Ambetkasih, malahan bersembunyi untuk menguji kesetiaan Ambetkasih.
Kemudian ia menirukan suara burung hantu, agar Ambetkasih mengira Siliwangi
telah mati. Ambetkasih mengetahui bahwa bunyi burung itu adalah Siliwangi, ia
pun tidak memberikan reaksi apa-apa.
Disiang
hari timbul keisengan Ambetkasih, berpura-pura di patuk ular sehingga
menyebabkan kegemparan di keraton Sindangkasih. Mendengar teriakan orang-orang
dari dalam rumah, secara spontan Siliwangi berlari kedalam rumah, namun kakinya
terantuk kayu, hingga ia harus terjatuh tepat dipelukan Ambetkasih. Peristiwa
ini pun diketahui Ki Gedhe Sindangkasih, lantas merekapun berpelukan semua.
Keesokan
harinya Ki Gedhe mempersiapkan perahu Sipekanglayang, untuk digunakan Siliwangi
dan Ambetkasih ke Singapura. Ki Gedhe pun berpesan agar Siliwangi melindungi
Ambetkasih. Tunda !!!
-o0o-
Raja-raja
domas para pelamar Mrajangtapa, putri raja Singapura saat ini telah berjumlah
18 negara disamping saudara perempuan dari raja-raja tersebut yang berjumlah
150 orang. Mereka berkemah disekitaran keraton Singapura dan bertekad untuk
tidak kembali kenegara masing-masing sebelum ada kejelasan tentang lamarannya.
Tekad
para raja dan keluarganya tersebut tentu membuat bingung raja Singapura. Ia pun
berembuk dengan Patih Mangkubumi untuk mencarikan jalan keluarnya. Pada
akhirnya disepakati untuk segera meminta bantuan kakaknya, yakni Ki Gedhe
Sindangkasih.
Ki
Gedhe Sindangkasih mengutus Ambetkasih, putrinya. Kemudian Ambetkasih meminta
agar Siliwangi mau mendampinginya. Mereka terlambat tiba, karena semua tamu
sudah datang terlebih dahulu. Siliwangi dengan Ambetkasih menjadi pusat
perhatian para tamu, karena kecantikan dan ketampanannya, sehingga Amuk Murugul
tidak tahan untuk menggoda Ambetkasih, namun dicegah oleh Nulawas, dengan cara
merubah wujudnya menjadi babi galak dan mengganggu Amuk Murugul.
Mrajalarangtapa
menyambut gembira kedatangan Ambetkasih di Singapura, Ia pun menyampaikan rasa
gembira karena Ambetkasih telah memiliki adik. Sekalipun demikian,
Mrajalarangtapa juga seara diam-diam menaruh hati terhadap Siliwangi.
Perundingan
pun segera dilakukan pada pagi hari oleh raja Singapura, dengan menggunakan
Adipati Anom dan Siliwangi. Bertujuan agar tidak timbul kekacauan dari para
pelamar itu. Pada akhirnya Siliwangi mengusulkan agar dilakukan pertandingan
satu lawan satu, siapa yang dapat memenangkan pertandingan maka berhak untuk
menikahi Mrajalarangtapa.
Keesokan
hari pertandingan dimulai. Siliwangi datang kelokasi dengan menenteng Angkatranjang.
Amukmurugul terpancing untuk mengadu ayam jagoannya dengan Angkatranjang. Ayam
jago yang diandalkan sengaja diberi nama Siricawa. Siliwangi menyetujui dengan
syarat harus menggunakan taruhan, dan Amukmurugul menyetujuinya.
Ditempat
lain Mrajalarangtapa mengkhawatirkan jagoan Siliwangi kalah. Hal ini
disampaikan pula oleh adik Amuk Murugul, yakni Dewi Kentrimanik Maha Sunda
Sakeyan Sekar Seruni kepada Ambetkasih. Mrajang tapa larang, kemudian
mengirimkan pesan kepada Siliwangi untuk membatalkan sabung ayam tersebut, tapi
Siliwangi bersikukuh, bahwa ia tidak bisa membatalkan janjinya yang telah
diucapakan. Mrajalarangtapa sangat marah terhadap penolakan ini, ia pun
mengirimkan tutup cupu dan giwang hanya sebelah, dan berpesan : “agar barang
tersebut dilengkapi sebelum dilakukan sabung ayam”. Siliwangi teringat pesan
dan pemberian Panjangrahang melalui Sang Jalajala. Kemudian mengambil barang
tersebut, ternyata tutup cupu dan gilang sebelah cocok berpasang-pasangan
dengan pemberian Mrajang larangtapa. Ia pun tersenyum penuh arti.
Pada
saat sabung ayam akan dimulai Angkatranjang lari ke luar arena. Siliwangi
mengejar Angkatranjang sampai ketempat para tamu duduk. Mereka sangat terpesona
melihat ketampanan Siliwangi. Setelah angkatranjang tertangkap dan diperiksa,
ternyata Siliwangi salah memasang taji Angkatranjang, namun Siliwangi harus
memenuhi janjinya membayar taruhannya. Dikarenakan Siliwangi tidak mempunyai
uang maka pembayarannya dilakukan oleh Ambetkasih, Mrajalarangtapa dan
Kentrimanik.
Sabung
ayam kembali dilakukan, hanya delapan ronde ayam Si Siciwara rusak dan
patah-patah. Penonton menyambut kemenangan Siliwangi, namun Amuk Murugul merasa
tidak senang ayamnya rusak, ia pun menuntut rugi Siliwangi. Permintaan tersebut
disetujui Siliwangi, ia memerintahkan para pengasuhnya untuk membereskan
pembayarannya.
Gelap
Nyawang diam-diam menyusup kepesanggrahan Amuk Murugul, ia mencuri hasil
taruhan Amuk Murugul yang ada di dalam guci dan menyerahkan kepada Siliwangi.
Kemudian dibayarkan kepada Amuk Murugul. Ketika Amuk Murugul hendak menyimpan
uang hasil taruhannya kedalam guci, ia baru menyadari bahwa uang bayarannya
tadi berasal dari uangnya sendiri, sontak terdengar sumpah serapah Amuk Murugul
dari pesanggrahannya.
Pertandingan
dihentikan setelah matahari condong kearah barat, para peserta sayembara pulang
kepasanggrahan masing-masing, namun para putri tak henti-hentinya menceritakan
ketampanan Siliwangi. Tunda !!!
-o0o-
Matahari
bertengger di angkasa, pertanda pagi telah tiba. Sayup-sayup dari masing-masing
pesanggrahan terdengar persiapan para peserta, tak lama kemudian mereka
berkumpul dipanggung lapangan, untuk menyaksikan pertandingan Ratu Ponggang
Romangiyang Mrajapanji yang terkenal dengan senjata gadanya melawan Amuk
Murugul. Untuk memimpin jalannya pertandingan Prabu Singapura menyerahkan
kepada Siliwangi untuk bertindak atas namanya. Maka raja memerintahkan
Brajalengser dan 80 Mantri Anom untuk menjemput Siliwangi di pesanggrahannya.
Siliwangi tiba dengan menunggangi Jaka Kalangan, seekor kuda hitam milik
Mrajalarangtapa, nampak pula seekor gajah dan kerbau mengiringinya, sedangkan
Nulawas dan Caraktuwa mengendarai sepasang kerbau kembar, Juluparadhu dan
Kalang Ambek.
Siliwangi
melalui Ambetkasih menyerahkan sekapur sirih kepada Mrajalarangtapa untuk
dilembarkan ketengah-tengah kerumunan para raja domas. Konon siapa yang dapat
menguasai sirih itu maka ia berhak memperistri Mrajalarangtapa. Sedangkan
posisi Siliwangi berada di belakang Prabu Anom sebagai wasit.
Mrajalarangtapa
mengumumkan, bahwa : “siapa yang mendapatkan sekapur sirih ini maka berhak
mengawini aku”. Terdengar Amuk Murugul mulai menantang para raja domas, Ia
berteriak-teriak : “ siapa yang sudah bosan hidup maju lawan aku”.
Mrajalarangtapa melemparkan sirih itu kepangkuan Siliwangi, namun Siliwangi
tidak berniat menjadi peserta karena ia bertindak sebagai wasit. Sirih itu ia
lemparkan kembali ketengah kerumunan para peserta. Amuk Murugul menyeruak masuk
kerumunan, ia mendapatkan sirih itu dan menyembunyikannya di dalam mulutnya
(diheumheum). Ketika seorang raja hendak merebutnya, ia tepiskan hingga
berdarah-darah. Amuk Murugul mengira itu darahnya, ia pun mengamuk sejadi
jadinya.
Ketika
acara itu sudah dimulai, Ratu Ponggang Wirapanji, raja dari Gunung Gonggang
sedang asyik bersemedi. Ratu Ponggang di kenal tampan dan cakap menata
pemerintahan. Karena terdengar hiruk pikuk maka ia keluar dan menunggangi
gajahnya masuk kelapangan pertandingan. Ia mengayun-ayunkan gada dan berhasil
memukul kepala Amuk Murugul dua kali. kemudian mengikatkan dan menyerahkan
kepada Siliwangi.
Sebagai
wasit, Siliwangi menolak kemenangan Ratu Ponggang, karena tidak pantas
mengalahkan musuh yang sudah lemah. Akhirnya Amuk Murugul dilepaskan kembali,
dan pertandingan disepakati untuk dilakukan dengan cara satu lawan satu.
Giliran
pertama kali Amuk Murugul maju berhadapan dengan raja Ponggang, mereka
melakukan pertandingan dengan seru, terdengar riuh rendah penonton bersorak
sorai. Dari kejauhan nampak Mrajalarangtapa bersedih hati, ia tidak menyenangi
kedua peserta yang sedang bertanding dan mencemaskan dirinya. Sesungguhnya
Mrajalarangtapa menginginkan Siliwangi, tapi Siliwangi tidak menghiraukannya.
Raja
Ponggang kalah telak, ia dirantai Amuk Murugul dan dibawa menghadap Siliwangi.
Raja Ponggang berjanji, jika Siliwangi mampu memulihkannya maka ia akan
mengabdi kepada Siliwangi.
Amuk
Murugul berteriak kegirangan, ia memenangkan sayembara dan berhak membawa
seluruh putri. Para putri mencemaskan kemenangan Amuk Murugul, mereka lebih
senang bunuh diri dari pada dinikahi Amuk Murugul. Ketika Amuk Murugul
mendekati para putri, tiba-tiba Subanglarang berteriak dan menunjukan
Ambetkasih yang sedang melarikan diri. Amuk Murugul pun melihat dan langsung
mengejarnya. Setelah hampir tertangkap, Ambetkasih berbalik badan dan
berhadapan langsung dengan Amuk Murugul, Ambetkasih menyemprotkan lada dari
mulutnya tepat mengenai mata Amuk Murugul hingga setengah buta. Amuk Murugul
menjerit kesakitan dan terjatuh kedalam lubang. Konon kabar sebelah pelirnya
jatuh di lubang.
Ambetkasih
berlari dan bersembunyi dibalik punggung Siliwangi. Namun Siliwangi tidak
menghiraukan Ambetkasih yang meminta perlindungannya. Dalam keadaan putus asa,
Ambetkasih menghunus keris Siliwangi dari pinggangnya dan mengancam akan bunuh
diri. Siliwangi membujuknya, lantas Ambetkasih mengurungkan niatnya.
Tiba-tiba
Amuk Murugul telah berada dihadapan Siliwangi dan Ambetkasih. Siliwangi segera
memerintah kan para putri untuk bersembunyi dibalik pepohonan, Amuk Murugul
marah dan menantang Siliwangi, namun Siliwangi malahan mengetukan kukunya
ketanah, kemudian muncul Anjawong tanpa terlihat orang lain. Karena
kesaktiannya akhirnya Siliwangi dapat melukai dahi Amuk Murugul. Karena
kelemahan Amuk Murugul tidak boleh melihat darahnya sendiri maka kesaktiannya
menjadi hilang.
Amuk
Murugul berjanjian akan mengabdikan diri kepada Siliwangi, dan menganggap
Siliwangi sebagai bapaknya, terhadap Ambetkasih ia pun menganggap sebagai
ibunya. Demikian pula raja-raja domas lainnya, mereka berjanji akan mengabdikan
diri kepada Siliwangi, sedangkan adik-adik perempuannya diserahkan kepada
Siliwangi untuk dinikahi.
Konon
pada suatu hari nanti Siliwangi akan memerintah Pajajaran dengan adil dan
bijaksana. Siliwangi akhirnya dikenal dalam carita rakyat Sunda, ia pun menjadi
tokoh penting dari ajegna Pajajaran. Cag (***)