AKHLAK MAHMUDAH dan AKHLAK MADZMUMAH
A. Pengertian
Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah
segala tingkah laku yang terpuji, dapat disebut juga dengan akhlak fadhilah (فضيلة), akhlak yang utama.[1]
B. Keutamaan
Akhlak Mahmudah
Perbuatan yang baik
merupakan akhlaq karimah yang wajib dikerjakan. Akhlaq karimah
berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang kepada Allah. Akhlaq al karimah dilahirkan berdasarkan
sifat-sifat yang terpuji. Akhlak yang baik disebut juga dengan akhlak mahmudah.
Pandangan al-Ghazali tentang akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat
Plato yang mengatakan, bahwa orang adalah orang yang dapat melihat kepada
Tuhannya secara terus-menerus. Al-Ghazali memandang orang yang dekat kepada
Allah adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang memiliki akhlak
sempurna.
Al-Ghazali menerangkan
adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu sebagai berikut :
1.
Mencari hikmah.
Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik.
2.
Bersikap berani.
Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahya dengan akal
untuk maju.
3.
Bersuci diri.
Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya
dengan akal dan agama.
4.
Berlaku adil.
Adil sebagai misalnya, yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberi haknya
sesuai dengan fitrahnya atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan nafsu
syahwatnya untuk mendapatkan hikmah di balik peristiwa yang terjadi.[2]
C. Bentuk-Bentuk
Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
Rasulullah SAW.
menganjurkan umatnya agar memiliki akhlak mahmudah (akhlak terpuji). Allah SWT.
menyukai sifat-sifat baik tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1.
Sifat Sabar
Menurut
Drs. Moh. Amin dalam karangan bukunya yang berjudul 10 induk akhlak terpuji,
pengertian sabar adalah kekuatan jiwa seorang mukmin yang tenang dan yakin akan
rahmat Allah dan percaya kepada janji dan keadilan-Nya; jiwa yang takwa dan
kuat, mengalahkan dan menguasai nafsunya, serta takut akan kemurkaan Tuhan-Nya
sehingga dapat mengalahkan keinginannya.[3] Kesabaran
itu pahit dilaksanakan, namun akibatnya lebih manis daripada madu. Ungkapan
tersebut menunjukkan hikmah kesabaran sebagai fadhilah. Kesabaran dibagi
menjadi empat kategori berikut ini:[4]
a. Sabar
menanggung beratnya melaksanakan kewajiban.
b. Sabar
menanggung musibah atau cobaan.
c. Sabar
menahan penganiayaan dari orang.
d. Sabar
menanggung kemiskinan.
2.
Sifat Benar atau
Jujur (Shidiq)
Benar
ialah memberitahukan (menyatakan) sesuatu yang sesuai dengan apa adanya,
artinya sesuai dengan kenyataan.
3.
Sifat Amanah
Amanah
menurut bahasa (etimologi) ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (istiqamah)
atau kejujuran.
4.
Sifat Adil
Adil
adalah tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak. Bila seseorang mengambil
haknya dengan cara yang benar atau memberikan hak orang lain tanpa mengurangi
haknya, itulah yang dinamakan tindakan adil.
5.
Sifat Kasih
Sayang
Pada
dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahmah) adalah fitrah yang dianugerahkan
Allah kepada makhluk-Nya.
6.
Sifat Hemat
Hemat
(al-iqtishad) ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa
harta benda, waktu, dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan
tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan.
7.
Sifat Berani
(Syaja’ah)
Berani
adalah suatu sikap mental seseorang yang dapat menguasai jiwanya dan berbuat
menurut yang semestinya.
8.
Bersifat Kuat
(Al-Quwwah)
Kekuatan
pribadi manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian :
a. Kuat
fisik, kuat jasmaniah yang meliputi anggota tubuh.
b. Kuat
jiwa, bersemangat, inovatif dan inisiatif serta optimistik.
c. Kuat
akal, pikiran, cerdas dan cepat mengambil keputusan yang tepat.
9.
Sifat Malu
(al-Haya’)
Rangkaian
dari sifat ini ialah malu terhadap Allah dan malu kepada diri sendiri di kala
melanggar peraturan-peraturan Allah.
10.
Memelihara
Kesucian Diri (al-‘Iffah)
Menjaga
diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada
setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapatlah diri
dipertahankan untuk selalu berada pada status khair an-nas (sebaik-baik
manusia).
11.
Menempati Janji
Janji
ialah suatu ketetapan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang
lain atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya.
Selain 11 sifat diatas Drs. Moh.
Amin juga menjelasakan bahwa ikhlas, syukur, khauf (takut), taubat, tawakkal,
zuhud (menghindari kesenangan dunia), dan dzikrul maut (mengingat kematian)
merupakan bagian dari akhlak terpuji. Jadi, semua niat atau perbuatan yang
mengingatkan kita kepada Allah merupakan bagian dari akhlak mulia atau
mahmudah.
D. Pengertian
Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah ialah
perangai buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang
tidak baik.[5]
Akhlak buruk adalah suatu sifat tercela dan dilarang oleh norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan sehari-hari.[6] Apabila
seseorang melaksanakannya niscaya akan mendapatkan nilai dosa dari Allah,
karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tercela di hadapan Allah.
E. Akibat
dari Akhlak Madzmumah
Melakukan perbuatan
yang tecela dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Contoh dari akibat perbuatan tercela adalah sebagai berikut:[7]
1.
Jika seseorang
suka mencaci, maka suatu ketika ia akan dicaci orang pula.
2.
Jika seseorang
suka berdusta, suatu saat jika ia berkata benar, orang lain akan tetap tidak
percaya, dan ia juga akan dibohongi orang lain.
3.
Hatinya tidak
pernah tentram dan bahagia karena kesalahan dan keserakahannyatakut terbongkar
oleh orang lain.
4.
Apa yang
dicita-citakan tidak akan terkabul, kecuali hanya kejahatan yang mengikuti
dirinya.
F. Bentuk-Bentuk
Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela)
1.
Sifat Dengki
Dengki
menurut bahasa (etimologi) berarti menaruh perasaan marah (benci, tidak suka)
karena sesuatu yang sangat baik berupa keberuntungan jatuh pada orang lain. Dengki ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan
orang lain dan disertai maksud agar nikmat itu hilang atau berpindah kepadanya.[8]
Adapun
tanda-tanda orang yang memiliki sifat dengki adalah:[9]
a. Tidak
senang melihat orang lain mendapatkan kesenangan
b. Suka
mengumpat, mencela, menghina dan memfitnah orang lain.
c. Ucapannya
selalu membuat hati orang lain sakit
d. Memiliki
sifat sombong
2.
Sifat Iri Hati
Kata iri menurut etimologi artinya merasa kurang
senang melihat kelebihan atau kesuksesan orang lain, kurang senang melihat
orang lain beruntung. tidak rela apabila orang lain mendapatkan nikmat dan
kebahagiaan.[10]
3.
Sifat Angkuh (Sombong)
Sombong
adalah sikap menganggap dirinya lebih daripada yang lain sehingga ia berusaha
menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar,
lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung
daripada orang lain.[11]
Dalam
QS........menjelaskan bahwasanya, kesombonganah yang mendorong manusia untuk
bertengkar dan bersitegang, yang pada gilirannya menimbulkan penghalang yang
sangat besar bagi panggilan kebenaran. Oleh karena itu, nash-nash mengatakan
bahwa kesombongan merupakan salah satu aib dan kerusakan yang mengancam
keutuhan pribadi manusia.[12]
4.
Sifat Riya’
Riya’ ialah amal yang dikerjakan dengan niat tidak
ikhlas dan variasinya bisa bermacam-macam. Riya’ adalah beramal kebaikan karena
didasarkan ingin mendapat pujian orang lain, agar dipercaya orang lain, agar
dicintai orang lain, karena ingin dilihat oleh orang lain.[13]
G. Cara
untuk menumbuhkan akhlak terpuji
Dalam mewujudkan akhlak
yang mulia sebagaimana sifat-sifat terpuji yang telah dijelaskan diatas,
menurut Buya Hamka ada beberapa kewajiban yang harus ditunaikan antara lain:
a. Membersihkan
hati serta mensucikan hubungan dengan Allah SWT
b. Memperhatikan
seluruh perintah dan larangan agama
c. Belajar
melawan kehendak diri dan menaklukkannya kepada kehendak Allah
d. Menegakkan
persaudaraan di dalam islam
Menjadikan Nabi Muhammad
sebagai suri tauladan dalam setiap bertingkah laku
[1] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Akhlak Tasawuf (Surabaya: IAIN SA Press,2012),153
[2] Ibid,
156-158
[3] Drs. Moh. Amin, 10 induk akhlak
terpuji (Jakarta: kalam mulia,1997),41
[4] Tim
penyusun MKD,,,,,,,,158
[5] Ibid,
hal 183
[6] Ibid,
hal 185
[7] Ibid,
hal 194-195
[8] Ibid, hal
195
[9] Ibid,
hal 197
[10] Tim
penyusun MKD IAIN SA,,,,,,hal 199
[11] Ibid, hal
202
[12] Sayyid Hasyim RM, Akibat Dosa,
(Bandung: Pustaka Hidayah,1996),182-183
[13] Ibid, hal
205
1 komentar:
kok tidak ada rumusan masalah nya ya,,
Posting Komentar